Sugeng Rawuh

Para rencang ingkang kula tresnani, sumangga kula aturi mirsani serat-seratan saking kula menika, mugi saged mranani ing penggalih.

Sunday, May 22, 2011

Tragekomedi 25 November 2008 (penyebab ulat bulu merajalela di sejumlah daerah di Indonesia)

Diawali dengan sebuah nightmare yang ternyata sebetulnya bisa jadi pertanda:

mimpiki malam itu, tepatnya 24 November 2008 adalah mimpi tersadis yang pernah kualami sepanjang hidup. Di dalamnya ada darah, pembunuhan, mutilasi, orang-orang yang tak kukenal, sementara aku dan Ignaz ada di antaranya dan aku pun bingung kenapa ada di situ. Pembunuhnya adalah pembunuh bayaran, yang bayar mereka semacam orang berduit berwajah cainis. Mereka menginginkan bagian tubuh tertentu dari korbannya. Aku tak tau untuk apa. Yang jelas aku dan Ignaz berhasil kabur dari tempat itu, melarikan diri agar tak terbunuh. Akhirnya kami selamat, dan ketika aku terbangun dari tidur, aku bisa sangat mengingat mimpi itu, seperti baru saja benar2 terjadi.

HIngga pagi harinya, aku rasa aku tidak benar2 tidur, karena yang kuingat sebentar2 aku bangun namun mimpi itu seolah berlanjut ketika aku kembali memejamkan mata. Pukul 4 pagi tanggal 25....25???? Adalah hari ulang taun Ignaz, kekasih tercintaku, yang ke 25 pula. Aku mengawali hari bahagia itu dengan mengajaknya ikut misa harian di gereja. Aku bangun jam 4 pagi, lalu menyeterika baju yang akan kupakai. Sebentar kemudian aku mandi...brrrrr.....dinginnya. Pukul 4.38, aku mencoba miscall Ignaz, untuk memastikan dia sudah bangun. Pukul 5 kurang brapa gitu...aku jalan kaki ke rumahnya. Dalam pikiranku saat itu, aku hanya ingin memberikan sesuatu yang bisa membahagiakan kekasihku di hari ulang taunnya itu.

Kado pun sudah kusiapkan jauh2 hari. Aku mengajak kakakku Gendut (sbetulnya tidaklah gendut, tapi kupanggil gendut karna identik dengan menggemaskan) untuk menemaniku jalan2 mencari kain yang bagus buat dibikin kemeja. Setelah memasuki beberapa toko kain di Jalan Solo, aku pun memutuskan membeli kain kotak2 berwarna ungu, yang merupakan warna favoritnya. Kain itu cukup mahal, tapi......karna kesalahan si Mbak-mbak  di sana, dia jadi salah bikin nota, hehehe alhasil harganya turun dehh. Lumayan curang2 dikit gapapalah yauwww.

Aku pun kemudian sibuk mencari model baju yang kira2 cocok buat dia. Akhirnya aku mmadukan model yang ada di tivi, di majalah, di toko baju dan model bajuku sendiri. Tapi kemudian...siapa yang bakal njahit kainnya jadi baju??? Gotcha...maybe ibunya sendiri, kan pinter jahit juga. Aku pun diam2 ke rumah Ignaz waktu dia ga ada di rumah, ngobrol2 sama ibunya dan bilang kalo aku pengen ngasih surprise buat ultah anaknya (ehhhh kayaknya si ibu lupa ultah anaknya sendiri hihihi). Si ibu yang super sabar ini menyarankan aku untuk menjahitkan bajunya di tailor langganannya. Lho???? Lha itu yang aku heran....penjahit kok njahitin di tempat lain. Tapi gapapa..yang penting nanti hasilnya bagus.

Konspirasi pun terjadi. Aku sering ke rumah Ignaz, untuk ngomongin ukuran, ngasih gambar pola, nanya ini nanya itu, tentu saja si Ignas jangan sampe tau,hwehehehhee.Tanggal 20 November merupakan tanggal ambil baju, tanggal itu pula aku beberapa kali balik ke penjahit. Habissss kancingnya ada yang gak pas. Trus...kayanya itu baju gede amattt. Eee ternyata yang dipake Ibunya Ignaz buat contoh adalah baju bapaknya yang berukuran XL, padahal ukuran baju Ignaz kan M (M artinya Menggoda ihiyyy). Akhirnya 21 sore, baju kuambil lagi, sudah diperbaiki hampir mendekati keinginanku. Sebenernya aku pengen baju itu passs di badan Ignaz gitu, tapi kok malah gombrong seperti baju2nya yang lain. Yaaa sudahlah nanti kalo mau dikecilin lagi masih bisa, itu pun kalo Ignaz mau.

Supaya baju itu ganteng, maka aku juga harus mengemasnya dengan ganteng pula, karna aku kan mau ngasih kado buat orang terganteng, hehhe. Aku mencari bungkusan oke di Kado Kita, aku mencari di bawah lemari, di belakang pintu, di dinding kaca....dan akhirnya aku memutuskan untuk memilih bungkus kado yang terletak di ....balik punggungku???? Bentuknya biasa aja sih...kotak, bahannya biasa aja.....rotan, tapi...warnanya UNGU brooo! Pas banget sama warna kemejanya. Simple lagi modelnya. Ignaz kan ga suka aneh2. Yesss!! That's my choice. Eittts..ada yang kurang sepertinya..kartu ucapan. Mataku lirik-lirik lagi (ga ada yang ganteng di situ, Ignazzz, tapiiii tukang parkirnya lumayan sih, hihi). Di deretan rak paling blakang, kulihat beberapa model kartu, lucu2, ada yg bentuknya gulungan, ada yg dari kertas daur ulang, ada yang menonjol (wooow apa itu???) dan yang paling menggoda, bentuknya botol mini, disumpel spon, ada gabus kecil2 dan gulungan kertas dililit pita ungu. UNGU???? Woww langsung kutarik paksa botol itu. Tapi yang ga nguatin, ada plester bergambar Doraemon di luarnya. Yaampyun ga elit banget kalo dikasih ke Ignaz. Aku mencoba mengais-ngais, mengorek-ngorek, menyogok2 sisi rak itu. Mbok menawa (a.k.a sapa tau) ada gambar yg lebih oke. Ternyata mentoknya ke gambar Hello kitty, Mickey Mouse n Minnie. Timbang2 akhirnya aku milih yang gambar Mickey and Minni. Bukan berarti kamu tikus sih..tapi emang kamu kan TI-KUS alias TInggi KUruS,hehhe.

haaahh 4 hari lagi. kartu ucapan ready, baju ready, bungkus ready. Ucapannya belum. Okey...dengan semangat narsis yang sangat mendarah daging sejak orok...aku pun mencari2 puisi2 dan tulisanku yang sudah kukumpulkan sejak SMP dulu, di laci kamarku. Ketemu dehhhh, kata2nya ga bagus2 amat...tapi paling gak bia mewakili perasaanku. Siip semuanya ready!

Sampailah saatnya menyerahkan kado ganteng itu. Hari itu baju yang kukenakan juga berwarna ungu, aku mengetuk pintu rumahnya yang sudah sedikit terbuka. Kok gelap yahh, dalam hatiku. Lalu aku memanggil namanya "Ignaz"...ehhhh ternyata dia sudah siap dan duduk di kursi yang biasanya. Aku pun mendekatinya memberikan ucapan selamat lagi (karena malamnya jam 12 teng aku juga sms dia) sambil mencium keningnya yang tiada berponi lagi.Saat itu aku bilang mau mengembalikan baju bapaknya. Dia agak bingung kenapa baju itu ada di tanganku. Aku juga bilang bahwa bajuku ada di ibunya. Lalu aku meminta Ignaz tanya pada ibunya yang baru saja bangun tidur, eh malah si ibu kayaknya juga bingung.

Ya sudahlahhh daripada bingung semua, aku kasih aja baju bapaknya ke Ignaz. Ignaz menggiring baju itu ke ibunya, Ibu berlari menuju ke kamar untuk mengamankannya. Ibu kembali berlari ke tempat kami berdiri, sambil membawa bajuku. Dia ingin mengoper baju itu kepadaku...namun kutolak dan akhirnyaaaaa GOALLLLL!!!!!kado yang sudah kubawa... kuserahkan  dengan selamat ke tangan Ignaz. Aku bilang pada Ibu agar bajuku disimpan dulu karena aku kannn mau ke gereja, masa bawa2 baju.

Ignaz kuminta membuka botol ucapan dan kado tadi di kamarnya.Dia terlihat senang (setidaknya menurutku). Aku bilang bahwa kado itu dari aku dan ibunya. Kuminta dia memakai si ungu kotak2 (ehhh ganteng kali pacarku...). Lalu...biar sok romantis, dia kuminta langsung memakai si ungu ke gereja. Keren kannn jadi sama2 ungu.

Pukul 5.10 kami brangkat, jalan kaki biar ngirit plus bikin sehat. Kami menyusuri gang dan pasar. Sampai di gereja kami duduk di bagian tengah. Aku berdoa: "Tuhan berikanlah yang terbaik untuk Fredy. " Dan semua umat mengatakan AMIN. Betapa terharunya akyu (Lebai style).

Sepanjang jalan pulang dari gereja, kami ngobrol, dari yang manis2 sampai yang bengis2. Dari yang ktawa2 sampai yang marmos2 (marai emosi). Tak lupa aku juga menceritakan mimpiku semalam tadi tanpa tau artinya. Kami juga ngobrol2 pengen pergi ke mana gitu, piknik ayeeee. Awalnya aku pengen ke Candi, tapi dia nolak, katanya ada mitos kalo ke candi itu bisa putus sama pacarnya. Ahhh dasar Ignaz, hari gini masih percaya begituan. Pasti dia takut kehilangan aku (tentu saja karena aku lebih cantik daripada Susan. Seingatku Susan adalah monyet yang suka diajak foto di Kebun Binatang)

Pukul 9.10 Ignaz datang untuk menjemputku di rumah. Walaupun kami masih bingung mau ke mana, tapi kami tetap memutuskan pergi juga. Naik motor hitamnya yang kucinta (and you know,...plat nomernya AB 4177 GF, passs banget. GF=Gita Fredy). Ke mana yahhhh??? Ke atas yukkk....ajaknya. Dan aku mengangguk manja, tapiii ke atas mana yaaa, kan tujuannya banyak ada Kaliurang, Kalikuning,dll.

Jam 10 lewat kami pun berangkat, kami akhirnya mengunjungi Tlogo Putri, di sana juga ada gardu pandang Merapi. Tiketnya 2000 perak per orang. murah meriah euyy. Untuk sampai ke gardu pandang...kami harus naik tangga yang jumlahnya ga keitung, banyak bebatuan pula. Di kanan kiri banyak pepohonan, karna itu hutan (kaya kuil Oogway yang ada di KungFu Panda itu lah kira2 tangganya).

Tragedi pertama:sandal jepit Ignaz putus. Ketika kami sampai di gardu pandang, Ignaz (dengan gaya McGyver kurang makan) mereparasi sandal dengan memakai sedotan. How come???? Saat itu aku yang sedang menikmati pemandangan sambil minum akua (AKUA=AKU Aus), merasakan sesuatu menggelitik bagian belakang tubuhku, tepatnya di pinggang. Kusentuh bagian itu, ternyata ada kotoran nempel, entah apa itu. Lama kelamaan, kok rasanya tambah geli dan guatell. Aku melirik tangan Ignaz...ternyata tangannya ada di...sandal jepitnya. Ohhh my Gosh...lalu tangan siapakah yang menggerayangi pinggangku???? Aku memberanikan diri menyentuh bagian itu lagi, kuraba2, sambil kugaruk-garuk (jijay bajay vijay sanjay)...ternyataaaa ada ULAT BULU mampir mencabuli aku. Ohhh aku ternoda. Dasar ulat bulu nista and nasty! Kubunuh kau sekarang juga!  Dan aku pun menghunus ppedang jariku, kuremukkan badannya, hingga berkeping2, lalu kulempar ke tanah, matilah ia).

Lalu dengan gaya anak kecil yang manja, aku berkata pada Ignaz,"Ignaz....ada ulat bulu, udah takbunuh." Ignaz tanya,"Di mana?" "Itu di tanah...tadi dia ada di pinggangku bagian blakang (sambil aku garuk2). Gatal2 mulai kurasakan lebih ganas. Aku kena azab ulat bulu sial, kugaruk sana-sini, gatalnya makin menjadi, aku semakin panik. Ignaz menyarankan aku untuk mengolesi bagian gatal dengan air ludahku sendiri supaya gatalnya ilang (teori dari mana entahlah). Aku juga menggunakan akua untuk mengelap si gatal, supaya bulu2 ulat ilang, tiada yang tersisa. Tapi semua percuma....gatal2 itu lama2 menghasilkan bentol2 merah. Kugaruk2 lagi tiada henti. Ignaz menyuruhku berhenti menggaruk...tapi mana mungkin...membaca saja aku sulit.:(

Di tengah kebencianku yang memuncak, ada monyet laki sama monyet bini, mereka dengan sangat sopan melakukan adegan "kawin" di hadapanku, tanpa desahan ataupun umpatan. Si betina sepertinya kurang puas ama si jantan, buktinya si betina terus lari, ga bertahan lama dehhh tu adegan kawin. Atau...."Elu mau ngajarin gua begituan, Nyet???" MOnyet lu!"

Habis kegatelan, aku juga ga berlama2 di gardu pandang itu, aku kemudian turun (tak lupa menggaruk tentunya), dan mukaku makin ditekuk. Tanpa alasan yang jelas, aku misuh2 dan marah ke Ignaz. Sampai di bawah, aku langsung menuju kamar mandi untuk memeriksa bekas perilaku cabul si ulat bulu sial. Ternyata semakin merah bentol2nya. oH gOD help meee. This Fuc**ng Sh** caterpillar makes me frustrated, the bloody hell caterpillar, youa are such a s***, Pill! (panggilan sayang untuk ulat bulu). Aku pun mengajak kekasih tercintaku pulang. Biar lebih dramatis, aku berjalan dengan langkah cepat-cepat mendahuluinya ke tempat parkir, semata2 hanya untuk membuat rasa gatalku sedikit kabur (tapi enggak juga tuh..).Ngeeenggg motor mulai jalan.

Baru beberapa menit di tengah celoteh kami berdua (sambil sesekali menggaruk), aku mendengar Ignaz berkata "Aduh..." ketika hampir lewat tikungan. Dia gak ngebut waktu itu, tapi aku sadar ada sesuatu yang gak beres. Dia berusaha ngerem, tapi di depan ada batu2 dan jalannya agak berpasir, jadi licin, posisi motor terlalu minggir di tikungan. Dan semuanya terlambat...

Kami berdua jatuh. Adegan selanjutnya Ignaz mengejar helm dan aku meraba kacamataku (kebiasaan kami memang begitu kalo jatuh dari motor). Aku yang sudah berhasil duduk di jalan, menatap pasrah menanti orang yang sudi memindahkan motor itu dari dengkulku. Lalu kulihat Ignaz, dia berjalan ke arahku setengha pincang. Ada orang ingin menolong kami. Ketika motor terangkat dari kakiku, kulihat ada darah. WHAT???? Oh tidak kathok jins-ku yang paling keren sobek, begitu pun kulit dengkulku. Lalu kulihat punggung kakiku, ternyata luka juga. Yang paling parah tapi indah adalah telapak tanganku. Banyak sekali darah, kulitku sobek, Ignaz juga terluka di bagian siku, punggung kaki, dengkul dan pinggang.

Namun sekalipun kami jatuh, kami berhasil bangun kembali. Kami tetap tabah dan tegar menghadapi cobaan ini. Sedikit menentramkan, rasa gatal di pinggang blakang seolah hilang. Si bapak penolong, menganjurkan kami ke puskesmas, tapi sialnya....TUTUP. Ehhh tapi ada suster di dalem situ sendirian (untung gak ngesot). Kami dengan cantik dan ganteng sesuai kenampakan kami, memohon pada suster (atau bidan, whatever lah) agar mengobati luka2 kami. Dia pun berbaik hati membersihkan luka dan memberi betadine. Setelah selesai, kami mengucapkan terima kasih, dan bermaksud pamit pulang. Dengan gaya mesra, aku bertanya pada kekasihku:
Aku: "Kamu yakin gapapa sayang?" " Kamu bisa naik motor sampai bawah? "
Ignaz:"Jangan kawatir, untukmu aku akan selalu bisa honey, sampai rumah akan kurawat luka2mu."Aku bener2 ngrasa bersalah. aku emang ga hati-hati. Aklu emang ga pantas hidup (sambil menjeduk2kan kepala ke tanah)

Di jalan pulang, kami mencoba mengembalikan kesadaran, sebenarnya apa yang telah terjadi. Berbagai dugaan pun muncul. Dari yang azab ulat bulu, azab liat monyet kawin, doa di greja kurang kushuk, sampai kesadaran yang paling tinggi derajatnya yaitu:arti mimpiku semalam.

Mimpi itu kini bisa berkata. Awalnya kami menganggap mimpi itu merupakan kebalikan dari kenyataan. Karena di dalam mimpi kami selamat, namun kenyataan kami celaka. Namun...dari analisis yang lebih mendalam dari orang2 cerdas seperti kami ini, mimpi itu benar. Kami celaka, tapi kami selamat. Mimpi itu pertanda, ternyata aku punya indera keenam (lebay mode on).Alam berusaha memperingatkan aku, namun aku belum bisa membaca pertanda dengan jelas.

Banyak hal bisa aku dapat dan aku pelajari dari kejadian hari itu. Banyak pula yang bisa aku syukuri. Dan aku amat bersyukur bisa melalui semua itu bersama orang yang sangat kusayangi. Aku belajar untuk berhati-hati di lain waktu, karena kini aku tidak sendiri, ada dia yang mengisi hari-hariku, aku tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri, begitu pun dia. Hal ini terbukti dari, waktu kami jatuh, yang pertama diingat adalah helm dan kacamata, bukan keselamatan pasangan. Inilah cermin untuk kami. Kami sudah hampir 7 bulan dalam berkomitmen, tapi momen inilah yang benar2 bisa membawa kami pada kesadaran akan komitmen tersebut. Ini adalah pertama kalinya aku jatuh bersama kekasihku, begitu pun dia.

Luka yang dihasilkan pasti akan berbekas di tubuh kami masing2 (sekarang pun bekas itu masih tertinggal), tapi kami tidak saling menyalahkan, malah semakin mesra satu sama lain. Kami membuat cerita luka ini menjadi cerita yang lucu yang penuh tawa namun sarat makna. Dan sampailah aku pada kesadaran : INILAH ARTI CINTA SESUNGGUHNYA.

Kami tetap bersyukur untuk kejadian hari ini. Puisi "Untungnya" khas orang Jawa pun ada di benak kami. Untungnya jatuhnya gak ke kiri karna ada semacam jurang, untungnya di belakang kami gak ada kendaraan lain yang melaju kencang, untungnya yang luka telapak tangan kananku buka yang kiri, jadi masih bisa cebok hihhi, untungnya knalpot motor belum panas, jadi kakiku ga mlonyok, untungnya kami berdua, untungnya muka kami tetep mulus dan untungnya kami selamat.

Hari itu hari yang sempurna. 25 November 2008. Hari ultah Ignaz. Hari jatuhnya kami berdua. Luka itu akan tetap abadi (kecuali dioperasi plastik) di tubuh dan di hati kami. Luka itu mungkin cara Tuhan membuat kami ingat satu sama lain. Suatu saat, ketika kami masih bersama atau mungkin juga sendiri2, kami tetap menyimpan kenangan itu.

Kami tertawa, kami terluka, namun kami bisa melewati semuanya. \

Untuk itulah aku menuliskan semuanya ini, Ignaz Fredy, supaya aku bisa menyanjungmu...dan semua orang akan tau bahwa AKU MENYAYANGIMU.:D



27 November 2008, 23.05 WIB
"mela en coiamin,amin mela ile"


NB(NamBah): tentang ulat bulu di atas merupakan penyebab mengapa banyak ulat bulu akhir2 ini merajalela di beberapa daerah di negara kita. Karena kematian Ulat bulu yang berhasil kubunuh di Tlogo Putri itu, menyebabkan adanya dendam kesumat pada ulat bulu yang lain, mereka tidak terima jika kawan mereka disiksa sampai mati diremukkan, maka mereka pun bekerja sama bahu membahu, saling berkomunikasi dengan rekan ulat bulu yang lain, untuk menyerang manusia, dengan koordinasi langsung dari Ulat Bulu Probolinggo. Semua itu semata2 hanya karena dendam padaku. (Ga usah percaya semua ini-just for laugh)

No comments:

Post a Comment