Sugeng Rawuh

Para rencang ingkang kula tresnani, sumangga kula aturi mirsani serat-seratan saking kula menika, mugi saged mranani ing penggalih.

Thursday, June 16, 2011

Rekrutmen yang.......ANEH

Kami adalah dua pemudi iseng yang bekerja sambil bermain, alias bermain internet alias fesbukan. Itulah salah satu hiburan kami selama bekerja di sebuah kantor kecil yang mengutamakan pelayanan. Status hubungan kerja kami ini masih kontrak. Tidak ada kepastian untuk kami, yang ada hanya janji-janji bahwa nanti akan lebih baik akan dapat ini dan itu, biasa lah outsourcing. Dengan alasan inilah, kami sepakat untuk selalu "ngintip" lowongan kerja di tempat lain yang (mungkin) lebih menjamin nasib kami, para wanita cantik dan berbakat ini (harus narsis).

Dipilih dan dipilah, lowongan-lowongan di internet tersebut kami amat-amati, kalau ada yang rada wagu dan gak bonafid, kami akan memicingkan mata, kalau ada yang lumayan prospek, kami akan tersenyum bahagia. Sebuah perusahaan penerbangan yang cukup besar di Indonesia telah menarik minat kami. Hmmm kami berpikir, perusahaan besar ini pastilah membutuhkan wanita-wanita seperti kami, yang cerdas dan menarik. Tapi ada satu hal.....sebetulnya kami tidak terlalu tertarik dengan posisi yang ditawarkan perusahaan itu. Ya sudahlah...kami putuskan saja mencoba melempar manggis, siapa tau manggis kulempar, kerjaan kudapatkan.

Rekrutmen perusahaan itu dilakukan dengan sistem online atau e-recruitment. Kami bisa mengirimkan lamaran dengan mengisi formulir yang disediakan oleh mereka lewat website sekaligus mengunggah (aplod) foto terbaru dan CV. Masih dengan iseng-iseng berhadiah kami membuat lamarannya. Lowongan sebagai pramugari itu akhirnya kami tindaklanjuti.

Kami menunggu beberapa hari untuk hasilnya. Kami masih memiliki pandangan bahwa perusahaan sebesar itu pastilah rekrutmennya profesional, ga ecek ecek dung dung prettt!

Akhirnya hari itu, kami beranikan diri membuka e-mail inbox, jrengg jrenggg jrengg jrenggg ternyata aku lolos untuk mengkuti seleksi awal, hanya saja jadwal seleksi belum ada. Kutatap wajah kawanku yang cantik di belakangku,  ada sedikit warna kecewa di wajahnya, ternyata dia tidak mendapatkan pemberitahuan yang sama denganku. Tak apalah, dia masih bisa berjuang lagi, siapa tahu ada yang lebih baik.

Beberapa hari lagi kutunggu untuk pemberitahuan lebih lanjut, tapi tak kunjung ada di e-mailku. Akhirnya pemberitahuan itu ada 2 hari sebelum hari seleksi awal. Seleksi awal menyebutkan bahwa para pelamar diharap membawa surat lamaran, cv lengkap dan foto dengan ukuran tertentu. Setelah itu, wajib memakai blouse terang, rok gelap selutut dan berdandan rapi natural.

Pada tanggal yang telah disebutkan, aku pun minta izin kepada supervisorku secara jujur untuk mengikuti seleksi. Sampai detik itu aku masih berpikiran bahwa perusahaan ini perusahaan profesional.

Sebagai pramugari, setahuku tidak boleh memakai kacamata. Tapi di persyaratan awal yang muncul di web, memakai soflens masih diperbolehkan. Aku memutuskan tetap menggunakan kacamata minusku untuk seleksi, karena malam hari sebelumnya aku mencoba memakai soflens, dan mataku memerah, tidak kuat rasanya.

Seleksi diadakan di sebuah hotel bintang 4, sampai di sana sudah banyak wanita-wanita cantik dengan tubuh tinggi dan proporsional (menurutku), sedang mengantri untuk dites.

Tibalah giliranku untuk masuk ke ruangan seleksi, ruangan yang sangat kecil sampai kami harus menunggu di luar. Di sana aku ditanya apakah mengetahui salah satu persyaratan menjadi pramugari adalah tidak memakai kacamata. Untuk hal ini aku sudah menjelaskan, dan mereka mengerti. Lalu tiba saat aku diminta mengukur tinggi dan berat badan. Deng deng ternyata hanya 161 cm dan 48 kg. Lalu si Mbak (yang tidak begitu tinggi namun banyak gaya) berkata kira-kira begini: "Maaf Mbak belum bisa bergabung dengan kami untuk tahap selanjutnya, secara tinggi badan sudah memenuhi kriteria, tetapi mohon maaf untuk berat badan masih jauh, seharusnya minimal 54 kg. Trimakasih sudah mengikuti seleksi ini, besok bisa mencoba lagi."

Ngoookkk ngookkk apa-apaan ini, aku lalu meninggalkan ruangan yang membuatku merasa bodoh itu. Surat lamaran yang dengan apiknya kupersiapkan dari rumah tidak dibuka sama sekali, aku sampai bela-belain cetak foto lagi dan memperbaiki kancing bajuku yang ilang satu hanya demi hari naas itu. Aku dilecehkan..Ohhhhh rasanya ingin kumakan saja surat-suratku itu., supaya bisa menambah berat badanku.

Kalau cuma diminta ukur berat dan tinggi badan saja, ngapain capek-capek dandan cantik, izin ga masuk kerja dan sebagainya? Jadi pramugari apakah hanya cukup penampilan saja?? Apakah isi otak dan seluruh pengalamannya dipandang sebelah mata? Kalau iya, aku sangat bersyukur tidak jadi bergabung dengan perusahaan besar yang tidak profesional itu, karena aku lebih suka menggunakan otakku daripada sekedar penampilan fisik. Lagipula sudah jelas kusebutkan dalam lamaran lewat website, mengenai berat, tinggi badan, dan bahwa aku memakai kacamata. Apakah mereka tidak melihatnya? Huhhh buang-buang waktu saja aku ini. Teman sekantorku tadi pasti tertawa geli kalau kuceritakan semuanya, dan pastinya dia akan lebih bersyukur dariku.

Sebelum pulang dari hotel itu, aku sempat ngobrol dengan sesama mbak-mbak yang daftar pramugari, ternyata mereka gagal juga karena berat badan, bahkan ada yang sudah jadi pramugari di maskapai lain, tidak diterima juga, hanya semata-mata alasan berat badan. Rekrutmen yang aneh....!

Keesokan harinya, aku mengirimkan kritik pedasku kepada panitia rekrutmen perusahaan menyebalkan itu, melalui sms dan e-mail, berharap agar mereka berefleksi, menyadari ketidakprofesionalan mereka. Hanya jawaban singkat yang kudapatkan :" Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Mbak, terima kasih sudah mengikuti proses seleksi ini, semoga sukses untuk anda." Sukses your face so far!!!!! Perusahaan yang lebih kecil pun bisa melakukan yang lebih baik dari ini!!

Benar-benar rekrutmen yang aneh!

Kesimpulannya, jangan percaya 100% pada sebuah perusahaan besar yang punya nama, apalagi yang masih bisa leluasa main monopoli di negeri ini. Jangan remehkan perusahaan kecil, tak jarang mereka lebih manusiawi dan "berhati nyaman" terhadap kita para calon pelamar kerja.


Untuk kawan cantik di kantorku, yukkkk cari lowongan lagi....no patah semangat....no pelecehan lagi. Smile...:)

kelelahan Bisa Membuat Pikun

Sore ini sungguh menyenangkan, karena lagi-lagi aku bisa pulang ke rumah lebih awal dari sebelum-sebelumnya. Hmmm seperti biasa pulang melewati jalan yang sama, pemandangan yang itu-itu juga, tetap dengan Red Devilku yang dekil.

Di perjalanan, aku mencoba mengingat-ingat. Rasa-rasanya satu bulan terakhir ini, badan terasa lebih gampang capek, apalagi banyak agenda kegiatan yang semua sama pentingnya, mulai dari rapat pia, rapat lingkungan, latihan koor untuk tugas mingguan, latihan koor untuk lomba, doa rosario, workshop mendongeng, tugas lektor dan cari donatur. Belum lagi cucian baju seragam dan pakaian sehari-hari, yahhhh makin full deh hari-hariku di bulan ini. tapi tentu saja aku masih merasa senang, karena semua kulakukan masih di tengah-tengah keluarga kecil dan teman-teman dekatku. Yang jelas aku tidak sampai sakit.

Aku teringat lagi, ada yang belum kukerjakan. Ada beberapa undangan yang harus kubagikan kepada ketua blok, jadi sampai di rumah aku hanya mampir untuk mengambil undangan-undangan itu, dan pergi lagi.

Pertama aku menuju rumah Bapak Sabariman, ketua blok 2, ngengggggg 5 menit sampai. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil aku menuju rumahnya yang sebelumnya harus berjalan melewati jalan kecil alias gang senggol. Aku dipersilakan masuk dan duduk. Lalu kuserahkan undangan-undangan itu untuk dibagikan kepada warga blok 2 nantinya. Tentu tak lupa, tujuan terselubung datang ke rumah Pak Sabar ini adalah untuk menemui Kangmas Fredy hehehe, sambil menyelam minum kopi. Selesai berbasa-basa haha-hihi dan wira-wiri, akhirnya aku pamit pulang. Tapi ohhhhhhh....ke mana gerangan tempat makanku dengan merk tupperware seharga 200rb yang kubeli dengan gajiku yang kesekian entahlah aku tak tahu??? Aku mencari-cari di sekitar rumah itu, di bawah meja, di dekat kursi, di dapur (lhoh), di ruang tamu, tak kutemukan juga tas pink berisi seperangkat alat makan tunai itu. Duhhh duhhh biyungg, piye iki, kok iso ora ono??? Tadi taktaruh mana aku sama sekali lupa. lupa.lupa. Ya ampunnnn!!!!!

Sampailah pada detik menyerah, berkesimpulan bahwa aku selama ini kurang beramal,sehingga tempat makanku bisa hilang. Hufhhhh, ya sudah lah aku pamit dari rumah Bapak Sabar sambil berpesan siapa tahu mereka melihat tempat makanku, karena saat itu aku benar-benar lupa dan tidak bisa berpikir lebih jernih. Semakin lelah saja badan ini, oalahhhh Gusti....Gusti.....

Aku pun melanjutkan perjalanan menuju rumah Ibu Priyo, ketua blok 4. Sama seperti rumah Bapak Sabar, untuk menuju rumah Ibu Priyo juga harus melewati gang senggol semacam labirin. Yang ini lebih nyeni sih, karena selain berusaha merampingkan badan, juga menundukkan kepala, karena banyak rumah warga yang atapnya rendah, mungkin mereka berfilosofi agar satu dengan yang lain saling menghormati (lebay deh gue kayaknya). Ciiiiiiittt sampailah di rumah Ibu Priyo. Dengan rasa dongkol dalam hati setelah merasa kehilangan tempat makan dekil itu, aku menyerahkan undangan warga kepada Ibu Priyo. Karena tidak ada lagi tujuan terselubung di rumah beliau, maka aku langsung pamitan, karena saat itu sudah menunjukkan pukul 6 dan ohhhh God...aku belum mandi, hiyyyy, padahal jam 7 latihan koor, dan aku harus menyiapkan tempat jam stg7. Aduhh biyunggg aduh bapa, aduh duhhhhh.....

Si red devil yang tetap dekil kesayanganku itu telah kuparkir di depan rumahku. Aku pun membuka pintu rumah, masih dengan dongkol, duobellllll duonggggggkollll malah. Pintu terbuka, dan mataku tertancap pada benda mungil (sebetulnya agak gede) berwarna pink. Dan ohhhhhhhhhhhhhh lha itu tempat makanku ada di atas meja. Ahahahaahihihihahahaha si taperwer tidak hilang atau raib ditelan bumi. Dia tetap eksis dengan centilnya di meja itu, seolah mengejekku dengan kata2 "Dasar Pikun!!!!"

My God....aku baru ingat, tadi waktu mampir pulang ke rumah untuk mengambil undangan, tempat makanku sempat kutinggal di atas meja supaya tidak menyusahkan misi pembagian undangan itu.

Hmmmm...leganya. Besok aku bisa kembali ke sekolah...eh....ke kantor dengan tempat makan pink, dekil tapi centil itu. Thanks God....kelelahan ternyata juga bisa membuat PIKUN hahahahahaa gutnait lah yauuu:)

Sunday, May 29, 2011

Dialog Cinta Adam dan Eva

Eva: Hai cinta, selamat malam...


Adam: Selamat malam Eva...benarkah kau mencintaiku Eva? Seberapa besarkah cintamu padaku?


Eva: Cintaku realistis, Adam, sebesar jerawat-jerawatku yang selalu bermunculan, kadang kecil, kadang juga agak besar, namun selalu ada :-)


Adam:....kadang juga hilang dengan sendirinya....atau bahkan ditutupi, agar tersembunyi, karena tak bisa dibanggakan, dan yang pasti memalukan...

Eva: Maksudmu apa? Mengapa kau bicara seperti itu? Lagipula aku tak pernah menutupi jerawatku.


Adam: Yahh..aku hanya meneruskan pernyataanmu

Eva: Seberapa luaskah kesabaran dan pintu maafmu terbuka untukku, Adam?


Adam: kesabaranku manusiawi, cuma selebar karet kolor, mungkin bisa kutarik melar tambah panjang, tapi juga bisa putus, memang bisa dijahit lagi, tapi tak akan sesempurna waktu awalnya.

Eva: sekarang, karetnya sedang melar ataukah putus?


Adam: baru saja ditarik....melar tak seberapa, entah sampai kapan kuatnya...kamu yang menentukan..seperti halnya aku yang menentukan jerawatmu akan tumbuh lagi atau tidak.

Eva: hmmm...semua keputusan, kauletakkan di atas kepalaku? Kau manusiawi, Adam, tapi tak mau rugi, padahal aku sudah realistis. Jerawatku pasti muncul secara alami karena hormon, jadi tidak akan pernah hilang, hanya besar kecilnya saja yang berubah. Cinta itu sudah anugerah dari Tuhan kita, jadi bukan kamu atau aku yang menentukan.


Adam: semuanya kitalah yang menentukan, Tuhan hanya memberikan petunjuk jalan mana yang benar. Kalau ternyata jalan kita tak benar, yaa Dia hanya bisa geleng-geleng kepala sambil berkata,"Rasakno....!!!Salahe dhewe ngeyel!!!

Eva: Baiklah...kitalah penentunya, tapi kita hanya bisa menentukan besar kecilnya cinta, sedangkan cinta itu sendiri sudah ada. Tuhan kita sangat baik....pasti Dia akan memperdengarkan suara lembutNya: "Anak-anakku...marilah kita saling mengasihi, mengampuni hingga 77 x 7 kali, memberi pipi kiri ketika ditampar sebelah kanan, mencintai tanpa batas.:-)


Adam: "Cinta Tuhan menaungimu, anakku." Eva,...walaupun cintaku tak seindah, sebesar dan sesempurna milik Tuhan, tapi seluruh cintaku telah kuserahkan kepadamu...selamat tidur sayang...Tuhan menjagamu.

Eva: : Selamat tidur juga Adamku, semoga cinta kita adalah cinta yang tangguh, bukan cinta yang cengeng. Aku menyayangimu...Tuhan melindungimu. :D

Tuesday, May 24, 2011

Seperti Kopi Malam Ini

Seperti cokelat, manis
Seperti jamu, agak pahit
Seperti kopi malam ini.

Aku meraciknya setiap hari, tak pernah kutakar
supaya aku bisa merasakan yang berbeda,
setiap kali aku meneguknya perlahan

Mengalir dalam darahku, 
tidak lagi terasa manis atau pahitnya, 
hanya tinggal kenangan
tadi aku merasakan manis
tadi aku merasakan pahit

seperti hidup ini
kita tak pernah tau apa yang akan terjadi
mungkin sesuatu yang manis atau pahit
mungkin juga segera lupa apa yang baru saja terjadi
hanya tinggal kenangan

Seperti kopi malam ini

My Lovely Engagement

Hmmm...semakin tua, rasa-rasanya hasrat menulisku kok semakin berkurang yah. Tapi...untuk kali ini, aku harus memaksa tanganku untuk mau menulis, mataku pun masih cukup segar untuk melihat, meskipun hari ini sudah jam 12 malam.Baiklah...kita memakai alur mundur-maju-mundur sak-sak-e saja.

Peristiwa indah ini berlangsung pada tanggal 16 Mei 2011 yang lalu. Hari yang sangat istimewa. Pertama, karena hari itu diapit 2 hari libur, yaitu hari Minggu dan hari Waisak. Kedua, hari itu akhirnya ditetapkan menjadi hari cuti bersama nasional, sehingga aku pun mendapat libur, meskipun hari itu aku sempat datang ke kantor sebentar karena tidak tahu kalau hari itu diliburkan. Ketiga, hari itu tidak hujan sejak pagi, padahal beberapa hari sebelumnya didominasi oleh hujan deras ditemani angin kencang. Keempat, pada malam hari itu kebetulan juga ada sembahyangan memperingati 7 hari dipanggilnya tetanggaku, Pak Noto. Kelima dan yang teristimewa, hari itu Aku dan Fredy bertunangan, hari itu pula genap sudah 3 tahun aku menjalani hari-hari bersama Fredy.

Kira-kira 1 bulan sebelum hari istimewa ini, aku hanya ngobrol-ngobrol ringan dengan Papa, yang tiba-tiba saja meloncatkan kata "tunangan", ehhhh kemudian aku jadi kepikiran juga, padahal sebelumnya aku berpendapat tidak usah tunangan, alias kalau sudah yakin, langsung nikah saja.Tapi, dengan berbagai pertimbangan, salah satunya karena tempat kerja Fredy yang di luar kota, akhirnya aku pun membicarakan rencana tunangan ini dengan Fredy dan keluarganya. Ternyata eh ternyata..Bapak Ibu Fredy malah sudah siap semua, tinggal menunggu kesiapanku. Jadi...aku dan Fredy memberanikan diri menghadap Papa untuk mengutarakan maksud hati.

Dengan malu-malu campur gundah gulana, Fredy mengawali pembicaraan dengan Papa sore itu. Sesekali kutambahi dengan kata-kataku ketika dia mulai terpatah-patah bicaranya. Papa pun ternyata menanggapi dengan positif maksud kami, meskipun saat itu kami hanya berpakaian santai. Ehhh lha kok Fredy tiba-tiba buka sms di depan Papaku, ya kontan Papaku agak gimana gitu ganti deh, wong baru bicara serius kok disambi sms, tapi itu semua sudah diklarifikasi karena memang itu sms penting yang harus segera dibalas, hehehe. Pembicaraan pun berlanjut. Aku dan Fredy sepakat memilih tanggal 16 Mei 2011 sebagai hari pertunangan kami, dengan tambahan alasan lagi, supaya Rani gendut kakakku yang ada di Tasik,  bisa izin pulang agak lama, jadi gak capek di jalan.

Persiapan pun mulai kulakukan. Aku sering ke rumah Fredy, untuk membicarakan semacam asok tukon atau peningset dan semua perlengkapan yang harus kubeli bersama Ibu, kata Ibu fungsi barang-barang itu untuk  tanda pengikat aku dan Fredy, jadi aku ga dibawa lari sama wewe gombel. Sebetulnya kata asok tukon atau peningset aku kurang setuju, aku lebih suka menyebutnya "tandha tresna" atau tanda cinta dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Yah...untuk momen-momen belanja ini cukup menyenangkan sih, karena aku bisa memilih mana yang kusuka. Katanya banyak calon mertua yang gak ajak-ajak calon menantu ketika belanja ini itu, jadi si menantu belum tentu cocok, bahkan malah tidak terpakai. Bersyukur...bersyukur...karena Bapak Ibu sangat perhatian padaku.

Pembelian tandha tresna dan cincin tunangan pun selesai sudah komplit, tinggal dibungkus rapi dan dihias. Namun alangkah malunya aku, setiap ditanya Bapak Ibu bagaimana rancangan acara pertunangan nanti. Aku tidak tahu apa-apa, pasalnya papa selalu tidak senang jika aku banyak bertanya. Mungkin dia terlalu sibuk atau memang menganggap pertunangan ini simple saja, gak perlu persiapan detail, pikirku. Yah...lebih baik aku diam saja dan pasrah semuanya, yang pasti Papa mengatakan bahwa acara akan dibuat lain dari yang lain, unik dan pasti berkesan. Ya sudahlah....aku percaya padamu, Pak, hehehe.

Walaupun tidak banyak bicara, tapi aku bisa melihat kegundahan di wajah Papa saat persiapan acara. Dia malah tanpa ba bi bu meminta bantuan beberapa karyawannya untuk mengecat rumah. Satu minggu sebelum hari H, Papa Mama bertemu Bapak Ibu Fredy di rumah kami. Kami membicarakan teknis persiapan acara. Sampai pertemuan itu, masih sepakat di antara kami bahwa acara akan berlangsung di rumah. Untuk ini, aku pun tahu kenapa Papa mengecat rumah. Kesepakatan lain adalah acara akan berlangsung lesehan, sederhana tapi khidmat, bermakna dan berkesan, karena biar hanya tunangan, tapi harapannya hanya berlangsung sekali seumur hidup, nantinya akan berlanjut sampai ke pernikahan.

Jreng jreng jreng jreeeeng...lha kok tiba-tiba hari Selasa berubah rencana. Papa dan Mama akhirnya lebih memilih acara diadakan di luar rumah, yaitu di Jambon Resto, sebuah restoran di daerah Godean, dengan alasan rumah kami terlalu kecil untuk menampung tamu sekitar 30 orang, dan supaya tidak repot mempersiapkan segalanya, karena kebetulan kami sekeluarga sibuk semua. Alasan lain, supaya acara berlangsung lebih khidmat. What???? memang ga ada hubungan sepertinya alasan ini. Keputusan lainnya, tidak mengundang Romo atau Prodiakon atau pengurus lingkungan, hanya beberapa tetangga terdekat. Doa pun juga akan dilakukan secara masing-masing sesuai agama dan kepercayaan. Yang istimewa dan ini benar-benar kupegang dalam hati: di hari spesial itu, aku dan Fredy akan membacakan sebuah ikrar bersama pertunangan kami. What??? (lagi) apa pula ini ada ikrar-ikraran, kaya sumpah pemuda aja.

Perihal acara di Jambon Resto, aku memang agak terkejut, karena pasti biayanya mahal. Tetap dengan menimbang-nimbang, akhirnya ya sudahlah di sana saja. Hari Senin, 16 Mei 2011, bertempat di Jambon Resto, akan melangsungkan pertunangan Fredy dan Gita, disaksikan keluarga dan tetangga terdekat, berjumlah maksimal 30 orang, pukul 19.30-21.00 WIB. Thok...thok...thok... (aku sudah mengetuk paluku sendiri).

Mengapa yang diundang hanya sedikit? Karena ini baru acara pertunangan, yang paling penting RT mengetahui, saudara dekat mengetahui. Ini bukan pernikahan, jadi sudah cukup jika disaksikan oleh mereka saja. Nanti...kalau acara nikahan baru mengundang sebanyak-banyaknya teman dekat atau warga lingkungan. Okay..aku setuju dengan konsep ini.

Hari Sabtu malam, susunan acara selesai dibuat oleh Papa. Aku membaca sekilas dan tersenyum, khususnya di bagian ikrar bersama itu. Seperti apa nanti bunyinya, hehehe. Di sinilah nanti perbedaan utama pertunanganku dengan pertunangan yang lain. Lha yang membuat makin penasaran, ikrarnya belon jadi sodara-sodara!!!! Ya ampun...tinggal 2 hari lagi, hiks-hikss

Susunan acara tersebut lalu kubagikan pada tamu undangan, dari pihak keluargaku dan keluarga Fredy. Untuk sahabat-sahabatku, aku hanya memberitahu mereka secara lisan, atau facebook atau sms, untuk meminta doa restu mereka, meskipun tidak hadir pada acaraku nanti.

Senin siang, yaampyun, ikrarnya baru jadi, untung ga panjang-panjang banget, sumpah...pada kata-kata tertentu, aku jadi ingin ketawa ngakak, lhaa puitis banget, khas Papa sang sastrawan dari kampung Ngadiwinatan itu.

Satu hal yang membuat aku terharu dari apa yang dikatakan Papa, saat tunangan nanti, dia akan memakai namanya sebagai ayahku, tapi sebelumnya dia semacam ingin minta restu pada Bapak Ibuku, jadi sore hari kami sekeluarga ziarah ke makam Bapak Ibuku dan keluarga kami yang lain yang ada di Dongkelan dan Kuncen. Aku yakin semuanya telah merestuiku.

Semuanya dirasa telah siap, maka jam 5 sore kami pun bersiap dandan untuk yang terbaik nanti. Diam-diam selalu kuamati wajah Papa, tetap tersirat sedikit keraguan di sana, aku tahu itu apa, tapi aku diam saja karena aku yakin dia akan mengatasi semua kegundahannya sendiri.

Jam setengah 7, kami semua sudah siap berangkat. Papa sudah mengajak serta Om Aping, Mas Toni dan Mas Mimbar untuk membantu selama acara yaitu memotret dan sebagainya. Kami naik mobil menuju Jambon Resto. Tiba di sana, semua juga telah diatur sedemikian rupa. Awalan yang baik, perjalanan lancar, cuaca cerah, begitu pun hatiku yang dibalut kebaya krem pinjaman dari Ibunya Fredy hehehe (pinjeman dot com).

Kira-kira setengah jam kemudian, setelah kami harap-harap cemas, pihak keluarga Fredy datang. Pihak keluargaku pun berdiri berjajar untuk menyambut kedatangan mereka. Kami semua lalu duduk, sambil disediakan teh hangat dan snack pembuka, acara demi acara berlangsung. Semua hadirin membawa rasa penasarannya masig-masing.

Tiba saat pemasangan cincin. Ibu Fredy memasangkan cincin pada jariku, sedangkan cincin Fredy dipasangkan oleh mama. Rasa penasaran berkurang setengah.

Tiba saat pembacaan ikrar bersama. Aku dan Fredy membaca kata demi kata, perlahan namun pasti, hingga selesai. Para tamu bertepuk tangan dikomando oleh Bapak Barkah sang wakil keluarga Fredy. Rasa penasaran hilang berganti rasa lega (dan haus tentu saja).


Kami bahagia sekali. Adegan yang paling hot: papa memeluk Fredy, sambil mbrambangi (kalau ga dilihat banyak orang pasti sudah mewek tuh papa). Papa juga memelukku, sebagai orangtua pastilah peristiwa ini cukup menggetarkan jiwanya, karena satu orang anak yang telah dibesarkannya, dibanggakannya sejak kecil, kini sudah hampir memasuki babak baru dalam kehidupannya, suatu proses peralihan, yang nantinya tanggung jawab orangtua akan tergantikan oleh orang lain yang menjadi pendamping hidup di masa depan. Tugasnya sebagai orangtua telah selesai, mendidik anak sehingga memiliki nilai, kemudian harus merelakannya, melepasnya dalam arti bukan tidak berhubungan kembali. Dalam hal ini, orangtua manapun akan merasa berhasil, untuk kemudian menjadi rasa tentram yang panjang sesuai harapan mereka. Malam itu dia, Papa tidak banyak bicara, tapi matanya mengatakan semuanya, dan aku tahu itu. Aku menyimpannya baik-baik dalam kenanganku.


Selesai acara inti alias sumpah pemuda-pemudi tadi untuk menjaga kisah kasih mereka agar selamat sampai ke bahtera pernikahan yang mulia, kami pun makan bersama. Absen ya...ada lele, gurame, plecing kangkung, lalapan, bakmi, sambel dan buah. Semuanya memuaskan. Kami kenyang, kami senang, kami tenang, lalu bersiap pulang.

Akhirnya keluarga Fredy pun pamit pulang, kami kembali berjajar untuk bersalaman, sebetulnya tidak perlu seresmi ini sih, hehehe. Keluargaku pun juga segera pulang, setelah menyelesaikan urusan bayar-membayar. Fredy ikut pulang bersamaku, dengan alasan mau ikut membantu, padahal sebetulnya karena ingin dekat denganku, hihihi jadi maluu.

Rangkaian acara pertunangan belum selesai. Tanggal 17 Mei, aku mengajak Fredy ke Jatiningsih untuk berdoa bagi kami, supaya masa persiapan pernikahan dimudahkan. Aku juga ingin mengadakan semacam upacara kecil sebagai hadiah untuk Fredy. Siang itu setelah kami berdoa, aku mengeluarkan semua foto kenangan yang kumiliki, kenangan ketika aku masih bersama orang lain sebelum Fredy, baik itu pacar ataupun       calon pacar waktu itu. Aku meminjam korek apinya, dan kubakar satu per satu semua foto itu. Pembakaran ini kulakukan sebagai simbol pelepasan diriku dari keterikatan dengan semua mantanku. Aku tidak membenci mereka semua, aku tentu masih ingat mereka, aku hanya ingin menyerahkan diriku seutuhnya kepada Fredy. Dengan pembakaran ini, aku dan Fredy akan selalu ingat, kami sudah menjadi milik satu sama lain, masa lalu biarlah berlalu, sudah menjadi asap. Kami harap kami akan selalu ingat bahwa kami tidak berada di masa lalu, tapi masa kini, masa kebersamaan kami berdua, yang diharapkan akan abadi. Kami harus membuang rasa cemburu dan curiga satu sama lain. Ya...kami harus saling percaya.

Malam harinya, aku mengamati semua foto pertunangan kami, semua terlihat begitu manis dan menyenangkan. Kuamati pula cincin yang telah melingkar di jari manisku. Dalam hati aku berjanji, akan selalu setia padanya sampai mati.



-18 Mei 2011-

Monday, May 23, 2011

Pengemis...

Hampir setiap pagi melihat pemandangan di sebuah bangjo:seorang laki2 kumuh, meminta2, dan memanggil 'mbak...mbak...' sambil menunjuk-nunjuk mulutnya seperti minta makan. Anehnya tidak pernah dia memanggil mas pada mas-mas atau bapak-bapak yang berhenti di bangjo itu,dan suatu pagi,dia terlihat spt habis potong rambut. 

Pertanyaannya, dia potong rambut di mana, uang siapa, dan kenapa dia tidak pernah memanggil mas? Setiap aku berhenti di bangjo itu, jarang sekali orang memberikan uang kepadanya, sebab sebetulnya dia terlihat begitu normal secara fisik, tidak cacat, masih bisa berjalan, bicara dan berpakaian meskipun kumuh. Sejauh pengamatanku, dia berada di situ hanya pagi hari, entah sore harinya ke mana, dan tidur di mana. Kalau usia, yahh sekitar 35-40 tahunan. 

Apakah dia tinggal di rumah singgah, atau "peliharaan" seseorang seperti cerita yang pernah kudengar, bahwa ada seseorang yang "memelihara" orang-orang cacat atau miskin yang meminta-minta, anggaplah itu Bos. Setiap hari dengan caranya, si Bos mengantar orang-orang itu ke lokasi yang sudah ditentukan, lalu orang-orang itu harus meminta-minta, untuk kemudian disetorkan pada si Bos, apakah benar begitu, aku sendiri tidak pernah menyaksikan dengan mata kepalaku. Teganya memanfaatkan kelemahan orang! 

Kadang-kadang timbul rasa kasihan pada orang-orang seperti itu, apalagi kalau orang tersebut sudah tua. Untuk orang-orang tua, aku memandang mereka dengan cara yang sama seperti ketika aku memandang bayi. Sepertinya mereka begitu rapuh, belum atau tidak bisa lagi melakukan aktivitas secara maksimal, seperti layaknya orang yang masih muda. Aku lebih ikhlas memberikan recehan kepada orang tua itu daripada yang masih remaja atau masih muda.

Kemiskinan terlihat di mana-mana, katanya mereka dipelihara negara, entahlah. Banyak terpampang himbauan pemerintah: Peduli bukan berarti memberi, lebih baik anda salurkan uang atau bantuan anda kepada dinas sosial dsb. 

Apakah mengemis menjadi pilihan mereka? Dengan berbagai cara, mereka menghalalkan cara mereka sendiri. Dengan amplop bertuliskan: "butuh bantuan untuk sekolah", dengan memperlihatkan cacat dan luka tubuh yang menganga, dengan menggendong anak mereka yang masih kecil di bawah terik matahari, dengan pakaian compang-camping dan lusuh, atau malah tidak berpakaian lengkap, dengan rambut gimbal yang kotor. Apakah mereka tidak punya harapan lagi untuk kehidupan yang lebih baik? Apa yang ada di benak mereka, apakah hanya soal makanan setiap hari, cukup sampai di situ dan titik?

Memang ada pendampingan atau pemberdayaan anak jalanan, memang ada rumah singgah, tak jarang pula orang-orang tergerak mengadakan kegiatan sosial seperti bagi-bagi nasi bungkus atau pemeriksaan gratis kesehatan mereka. Tapi hingga kini masalah tersebut juga belum selesai, seolah-olah para pengemis atau anak jalanan sudah menikmati keseharian mereka yang "miskin".

Ironisnya, di negri sakura sana, seperti yang pernah kutonton di televisi, berita dari VOA menceritakan banyak pengemis memanfaatkan teknologi untuk mengemis, dengan menggunakan robot yang terbuat dari elektronik bekas, robot yang bisa bersuara meminta-minta belas kasihan, menggantikan suara sang pengemis sendiri, yang malah memilih memalingkan wajah mereka karena malu. Orang-orang yang melewati robot tersebut kemudian bisa memasukkan uang mereka ke dalam kotak yang tersedia, dan si robot akan mengucapkan terima kasih, para penderma malah tak malu-malu berfoto bersama si robot karena mereka menganggap itu sesuatu yang unik. Unik tapi tetap mengemis. Bagiku itu sama saja, seperti tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup ini, menggantungkan pada belas kasihan orang lain.

aku tidak sedang berusaha mencarikan solusi untuk mereka dengan tulisan ini, aku hanya menuliskan yang telah kulihat dan kuamati, malah bertanya-tanya tiada henti di sini, apakah:

Peduli = Memberi = Mengasihi = Solusi ???

Sunday, May 22, 2011

Di Hadapan Tuhan tidak perlu Hape Baru

Orang kreatif dan orang pintar semakin banyak,
teknologi semakin berkembang menuju ke arah yang lebih baik,
mengutamakan efisiensi dan efektivitas bagi aktivitas manusia,
semua produsen berlomba-lomba menghasilkan produk yang berkualitas,
setiap orang berpunya juga berlomba-lomba untuk menggunakan teknologi termutakhir,
dari urusan sepele seperti mencuci pakaian sampai penggunaan ponsel terbaru dan tercanggih untuk berkomunikasi.

Tidak ada yang salah jika teknologi semakin maju
tidak ada yang salah juga dengan orang-orang yang mengikuti perkembangan teknologi

itu salah, jika manusia  menjadi budak teknologi,
artinya selalu ikut-ikutan trend dan malah memaksakan kehendak padahal secara finansial tidak mampu untuk mengikuti setiap pergantian atau perkembangan, sehingga menghalalkan segala cara hanya untuk sebuah kata supaya dibilang "gaul" atau "keren"

itu juga salah (bagiku), ketika seorang yang memilih untuk konsisten menggunakan barang-barang yang sudah dimilikinya meski tidak pada kondisi terbaik, "dipersalahkan" ketika dia tidak menggantinya segera dengan barang-barang baru tadi.

Seperti yang kualami, orang bertanya padaku, "kenapa kamu tidak pakai BlackBerry?" atau orang lain lagi bertanya, "Motormu sudah terlalu tua, harus diganti yang baru, supaya pas dengan wajah yang mengendarai motor."

Yah..mungkin ada keinginanku untuk mengganti semua milikku dengan yang lebih baik, tapi setelah kupikir dan kupertimbangkan, "for what?" tanyaku dalam hati. Semuanya masih bisa digunakan. Aku selalu teringat ajaran orangtua dan kakekku bahwa sebaiknya apa yang masih bisa digunakan, gunakanlah, jangan selalu tergoda untuk membeli yang baru. Pendapat pribadiku sendiri berkata bahwa manusia tidak perlu membawa hape terbaru ketika menghadap Yang Kuasa. Lagipula dengan melihat kenyataan, masih banyak kebutuhanku yang harus lebih diprioritaskan, seperti biaya kursus, biaya belanja rumah tangga bulanan, bayar telepon atau sekedar memberi uang jajan pada adikku. Aku belum tertarik untuk kredit ini dan itu. Apakah sikap ini harus dipersalahkan?

Semoga setiap orang senantiasa memperbaharui hati dan budi mereka, bukan hanya kepemilikan duniawi semata. Semoga kita semua tidak kehilangan rasa syukur atas segala hal dan semakin menghayati kesederhanaan dalam hidup, seperti cinta Tuhan sendiri, yang sangat sederhana bagi umat manusia, mengasihi tanpa mengharap imbalan.

My Wonderful Life: Tenang, Diam dan Hening

My Wonderful Life: Tenang, Diam dan Hening: "kuamati air di dalam gelas, dalam diam, dalam temaram, tenang dan bening, sesuatu yang sulit kulakukan sulit menemukan spasi dalam keh..."

My Wonderful Life: Diam atau Bicara?

My Wonderful Life: Diam atau Bicara?: "mungkin diam adalah obat, meski bukan yang paling mujarab, mungkin bicara adalah jalan keluar, meski belum tentu menyelesaikan masalah, ..."

Diam atau Bicara?

mungkin diam adalah obat,
meski bukan yang paling mujarab,
mungkin bicara adalah jalan keluar,
meski belum tentu menyelesaikan masalah,
diam tanpa kata kadang mengaburkan makna,
bicara tanpa jeda, semakin menambah rumit persoalan,
jadi lebih baik diam dan bicara seperlunya,
dengan jeda di antaranya...

Kado untuk Papa

kado untuk papa:

Papa...
terima kasih sudah boleh menerima kasih sayangmu
terima kasih sudah boleh mengerti arti kesederhanaan
terima kasih sudah diajarkan arti berjuang dalam hidup
terima kasih sudah boleh merasakan arti penting kejujuran

kasih sayang, kesederhanaan, perjuangan dan kejujuran dalam hidup
empat hal yang selalu menemani nafas hidup kami, anak-anakmu
untuk menjadikannya kekuatan kami di tengah ketidakpastian hidup ini
dan kali ini,
aku ingin memberitahu seluruh dunia,
bahwa Papa adalah Papa yang terhebat bagi kami,
dan nilai-nilai itu akan selalu hidup dalam jiwa kami,

SELAMAT ULANG TAHUN PAPA
:):):)

I love My Grandpa

I remember u my grandpa


when u were waking me up in the early morning


to walk somewhere, a new place for me


then I felt tired but u still enthusiastic, u kept walking, no complaint


in your age 70 or 72 years old and i was 11 0r 12


I really miss that time, do u miss me anyway?


I love u and it always will be


bless us-your grandchildren from heaven





we, who will keep struggling as u did

Tenang, Diam dan Hening

kuamati air di dalam gelas,
dalam diam,
dalam temaram,
tenang dan bening,
sesuatu yang sulit kulakukan
sulit menemukan spasi dalam kehidupanku
tuk tenang, untuk diam, dan untuk hening
saja.....

Wanita

ada banyak definisi wanita
satu kata atau berbanyak kata
untuk menggambarkannya
ada yang bilang penuh tipu daya
ada yang bilang keindahan tiada tara
ada pula yang tak bisa berkata-kata
wanita memiliki kelemahan di balik kekuatannya
kekuatan di balik kelemahannya
ada satu yang tak bisa dibantah
wanita selalu punya cinta
betapapun disakiti hatinya

1000 Lilin Untuk-Mu

Tuhan Yesus...
kami tak punya apa-apa
sebagai kado untukMu
kami juga tak punya kata-kata manis
untuk menyenangkan hatiMu
kami tak menyambutMu dengan kemegahan yang layak
untuk merayakan kelahiranMu

Kami hanyalah lilin-lilin kecil
yang bersatu padu untuk menghasilkan terang yang lebih besar
untuk menerangi kegelapan di sekitar kami

kegelapan itu masih ada Tuhan
tetapi kami tidak akan takut, sebab kami tak sendiri

saat ini, kegelapan itu berupa bencana alam yang datang silih berganti
kami tahu bahwa itu semua adalah peringatan bagi seluruh umat manusia
untuk selalu mencintai dan melestarikan alam ciptaanMu
untuk selalu berbuat cinta kasih dengan sesama
untuk selalu menjaga kedamaian dan keindahan dunia

semoga kami lilin-lilin kecil tetap bersatu
satu demi satu, hingga seratus, hingga seribu
dan tentu akan lebih banyak lagi
hanya kado kecil ini yang dapat kami persembahkan
segala puja dan puji syukur ini
hati kami untukMu

1000 lilin simbol terang dan harapan kami
harapan akan keselamatan yang datang dari pada-Mu
karena Engkaulah Terang Dunia, Terang sesungguhnya

Tanda Lahir

Mungkin,…..setiap manusia memiliki tanda sejak lahir, jika aku tidak salah orang menyebutnya toh atau tahi lalat letaknya bermacam-macam, pun bentuk dan warnanya. Suatu tanda membuat kita memiliki cirri, dan mudah dikenali.

Boleh saja dan sangat dimaklumi…apabila seseorang tidak tau makna tanda lahirnya saat ia masih kecil. Namun seiring perkembangan tubuh dan pikiran, sejatinya setiap manusia juga bisa memberi makna tersendiri bagi dirinya.

Selain mencari jati diri, apa yang dia inginkan, cita-citakan, atau apa dan bagaimanakah dirinya, mencari makna tanda lahir tidak kalah penting.

Seseorang yang memiliki tanda lahir di punggung tangan kanan (seperti aku sendiri), dapat memaknainya bahwa tangan kanan dipergunakan atau dibudayakan untuk melakukan hal-hal baik. Tangan kanan identik dengan kebaikan,misalnya bersalaman atau menulis dilakukan dengan tangan kanan.
Tangan kanan….lakukanlah kebaikan (makna lebih dalam)

Ada lagi seorang wanita yang memiliki tahi lalat di bagian lengan kiri, letaknya agak di tengah, antara bahu dan siku, dia dapat memaknainya agar tidak mengenakan baju berlengan lebih tinggi dari posisi tahi lalatnya. Ada lagi yang punya tahi lalat di punggung, dekat leher, boleh juga untuk selalu mengingatkan sang wanita untuk tidak memakai baju yang lehernya terlalu rendah, karena jika sang tahi lalat nan hitam itu terlihat dari belakang, tentunya akan mengundang keisengan orang lain, untuk sekedar menggoda, mengejek, atau mungkin malah menyentuh…ouchhh, JANGAN!

Yang kurang disukai mungkin tanda lahir di bagian wajah yang letaknya jumpalitan, atau tidak pada tempatnya, dengan warna yang kontras tidak pas, alias MEKSO. Beberapa orang yang pernah setidaknya kuamati, ada yang memiliki tanda lahir berwarna merah di dahi (hahaha mungkin ada yang kenal), bentuknya tidak teratur, agak besar pula, entah dia mencoba memaknai tanda lahirnya atau tidak, tapi bagiku, pun jika aku sendiri yang memilikinya, hendaknya itu akan selalu mengingatkan aku untuk menjadi orang yang berani, atau percaya diri. Tanda merah di dahi, akan selalu terlihat orang lain, merah sendiri diartikan warna berani, seperti warna bendera kita. Semakin orang menghina, mengolok2 kita, jika kita berhasil menguasai perasaan kita sendiri, tentu hal itu menjadi semacam terapi kesabaran dan pede, jadi tidak ada ruginya punya tanda lahir seperti itu, aku akan merasa unik dan berbeda. Setiap manusia itu unik!

Bagaimana dengan yang tidak punya tanda lahir? Apakah mereka tidak punya makna diri? Tentu tidak begitu-begitu amat. Banyak juga orang yang membuat tanda (baca:tatoo) baik permanen ataupun temporer pada dirinya, di bagian tubuh yang paling disukai. Mereka-mereka ini juga seharusnya bisa memaknai secara lebih tanda-tanda ini, bukan sekedar ikut2an.

Yang sama sekali tidak punya tanda lahir, atau tanda-tandaan, apa maknanya? Kita semua adalah tanda, tanda kasih orangtua, tanda kehidupan, tanda TUHAN itu ada. Marilah kita menandai diri kita, marilah kita memaknai hidup kita.


Berbagi A la Kaki Lima

Malam itu, aku berjalan2 di emperan trotoar Jalan K.H.A. Dahlan. aku berhenti tepatnya di tempat Bapak2 jualan lumpia, di sampingnya ada penjual roti bakar bandung juga.
Aku berniat membelinya, karena untuk disuguhkan setelah selesai latihan koor di lingkungan. Waktu aku mau pesan lumpia, ternyata si penjual malah pulang ke rumah sebentar untuk mengambil kulit lumpia yang saat itu tinggal sedikit karena baru saja banyak pesanan. Lalu aku bertanya pada pak roti bakar, apakah masih lama dan jauh rumah pak lumpia, pak roti menjawab tidak jauh. Aku pun menunggu kira2 15 menit lamanya. Selama itu, ada beberapa orang yang juga mau beli lumpia, dan bertanya pada pak roti. Selama itu pula pak lumpia tidak hanya diam atau acuh tak acuh menjawab pertanyaan setiap calon pembeli lumpia, meskipun dia juga berjualan roti. Pak Roti pun mengambil inisiatif untuk menggoreng beberapa lumpia, sambil sesekali ngobrol denganku.
Dari sini aku melihat sesuatu yang "sangat indah", 15 menit yang sangat cukup untuk berefleksi. pak roti yang tidak begitu laku rotinya, tetap berwajah cerah dan ringan tangan membantu pak lumpia, hingga saat pak lumpia telah datang kembali dan kewalahan melayani para pembeli. Aku sangat yakin bahwa pak lumpia sedang kebanjiran rejeki, namun aku yakin pula bahwa pak roti telah mendapatkan rejekinya sendiri, kesediaan dan keikhlasan hatinya untuk membantu tentulah tak dibiarkan oleh pak lumpia. entah seperti apa pak lumpia membalas kebaikan pak roti, atau entah bagaimana pak roti mendapatkan rejekinya, pada saat pak roti mengalami kesulitan, pasti mudah mendapatkan bantuan ataupun pertolongan. orang kecil ini bisa berbagi sedemikian rupa, bagaimana dengan kita yang lebih dimudahkan hidupnya?

Pujian

manisnya untaian kata keluar
untuk memuji
rasa hatimu melambung tinggi
hingga kau dapat membayangkan
betapa indahnya di angkasa, di jauh sana
tapi kemudian kau sulit untuk kembali
menapaki tanah yang basah, lembab, kotor
kau akan lupa ketika kau duduk di atas awan
kaupalingkan segala bagian dirimu
dari tempat asalmu
semakin tinggi kau terbang
semakin sakit bila engkau jatuh
manislah kata hanyalah kata
keluar dari bibir manusia
kesemuan kadang menyelimuti
karena pujian bukan dari dasar hati
pujian hanya tuk besarkan diri
memujilah dengan segenap hati
bersyukurlah bila kau dipuji
jangan lupa diri
janganlah mencaci
berusahalah agar kau dipuji
perjuangan yang telah kaujalani
lebih berharga dari sekedar pujian...

Senyum Terakhir

Dia sempat tersenyum padaku
seulas sangat bermakna
air mata ini tertahankan
tuk membuat hatinya tenang
tubuhnya sangat kurus
tulang pipinya amat menonjol
aku menatapnya tak percaya
si cantik yang penuh kasih, tak lagi berdaya
terkapar di atas kapuk yang luas
tertahan di kamar putih nan sempit
kubelai rambutnya
aku bisa melihat sinar matanya
mungkin dia ingin memelukku
mungkin dia ingin menciumku
dan mengatakan sesuatu: "Aku sayang padamu, nak!"
tapi dia tak mampu
namun aku tahu bahwa dia sangat menyayangiku
kukira dia pasti sembuh
kutinggalkan ruangan pengap itu
aku pun pulang
dering telepon rumah berbunyi
jantungku berdetak cepat
prasangka buruk menghantuiku
sialnya..itu terjadi juga
wanita yang tlah melahirkanku
harus pergi selamanya
untuk menyusul ayahku
kini aku tak tahan untuk menangis..
bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya
sedih...
dia tak meninggalkan apa-apa
hanya senyuman manis
senyuman terakhir
yang akan selalu kuingat sampai kapanjun juga.


(I love you Mom, 2000)

Bekerja untuk Melayani

bekerja tidak sekedar soal mendapatkan uang, mendapatkan pengakuan, mengukir prestasi, dan sumber utama kebahagiaan.
ada yang bilang tak bekerja tak usah makan.
ada yang bilang, cari pekerjaan semakin sulit.
namun ada juga yang bilang, sepertinya aku tidak cocok dengan pekerjaanku sekarang, lalu keluar dan mencari pekerjaan lain untuk sampai akhirnya dia menemukan kecocokan.
bagiku bekerja adalah sebuah pengabdian,
pengabdian terlebih pada Dia yang memberiku hidup,
yang memberiku kemampuan dan kemauan untuk membagikan apa yang kubisa, apa yang kuketahui kepada orang lain.
untuk itu bekerja selayaknya dihidupi dengan semangat yang menyala, karena tiap hari kita diberi kesempatan untuh bertumbuh dan berkembang, dalam profesi, dan dalam relasi.
cara kita melakukan sebuah pekerjaan menunjukkan kepemimpinan kita sendiri, dan di dalamnya ada pelayanan.
jika kita tak mampu melayani, maka kita bukanlah pemimpin.
sekalipun kita berada dalam posisi teratas,
sekali lagi kita bukanlah pemimpin jika tak mampu dan mau melayani.
melayani dalam arti mengupayakan yang terbaik yang berhak didapatkan orang lain dari kita.
sekali waktu nyala semangat kita redup tidak mengapa, tapi jangan sampai padam.
orang bijak berkata: bekerjalah dengan hati.
aku... yang kurang bijak ini, juga ingin berkata:
bekerjalah untuk melayani, apapun pekerjaan yang kaulakukan

"Senyum" yang Disalahartikan

Pada zaman dahulu kala, aku memiliki sebuah kebiasaan yang biasa, tetapi ada segelintir orang yang menganggapnya berlebihan. Aku sering sms teman dengan menambahkan :-) pada akhir sms, sebetulnya sampai sekarang pun kadang2 begitu sih. bukan apa-apa, pasalnya aku orangnya atoz menurut sebagian orang, kadang2 bahasaku juga singkat jelas padat. Jadi agenda penambahan :-) tersebut untuk menunjukkan emosiku saat itu, yang semoga tidak diartikan atoz atau sedang marah, ketika bahasaku apa adanya.
Pada suatu ketika, aku menanyakan sesuatu kepada temanku yang sudah menikah, temanku ini laki2. ehhh ketika aku sms dia, dan istrinya tau, dia langsung sms aku: "Mbak...mbak...kalo sms suami saya ga usah pakai :-)"
Dalam hati aku jadi geli bercampur dongkol juga, ternyata ga semua hal baik yang ingin kita berikan ke orang lain, bisa diterima dengan baik juga. ternyata bisa disalahartikan, termasuk soal bola-bola :-) ini.
Aku pun berusaha mengklarifikasi pada sang istri supaya tidak salah paham lagi. sejak saat itu, kalo mau nambah :-) di sms, aku lihat-lihat dulu, Oooo. Oooo....SIAPA DIA?:-):-):-)

Tragekomedi 25 November 2008 (penyebab ulat bulu merajalela di sejumlah daerah di Indonesia)

Diawali dengan sebuah nightmare yang ternyata sebetulnya bisa jadi pertanda:

mimpiki malam itu, tepatnya 24 November 2008 adalah mimpi tersadis yang pernah kualami sepanjang hidup. Di dalamnya ada darah, pembunuhan, mutilasi, orang-orang yang tak kukenal, sementara aku dan Ignaz ada di antaranya dan aku pun bingung kenapa ada di situ. Pembunuhnya adalah pembunuh bayaran, yang bayar mereka semacam orang berduit berwajah cainis. Mereka menginginkan bagian tubuh tertentu dari korbannya. Aku tak tau untuk apa. Yang jelas aku dan Ignaz berhasil kabur dari tempat itu, melarikan diri agar tak terbunuh. Akhirnya kami selamat, dan ketika aku terbangun dari tidur, aku bisa sangat mengingat mimpi itu, seperti baru saja benar2 terjadi.

HIngga pagi harinya, aku rasa aku tidak benar2 tidur, karena yang kuingat sebentar2 aku bangun namun mimpi itu seolah berlanjut ketika aku kembali memejamkan mata. Pukul 4 pagi tanggal 25....25???? Adalah hari ulang taun Ignaz, kekasih tercintaku, yang ke 25 pula. Aku mengawali hari bahagia itu dengan mengajaknya ikut misa harian di gereja. Aku bangun jam 4 pagi, lalu menyeterika baju yang akan kupakai. Sebentar kemudian aku mandi...brrrrr.....dinginnya. Pukul 4.38, aku mencoba miscall Ignaz, untuk memastikan dia sudah bangun. Pukul 5 kurang brapa gitu...aku jalan kaki ke rumahnya. Dalam pikiranku saat itu, aku hanya ingin memberikan sesuatu yang bisa membahagiakan kekasihku di hari ulang taunnya itu.

Kado pun sudah kusiapkan jauh2 hari. Aku mengajak kakakku Gendut (sbetulnya tidaklah gendut, tapi kupanggil gendut karna identik dengan menggemaskan) untuk menemaniku jalan2 mencari kain yang bagus buat dibikin kemeja. Setelah memasuki beberapa toko kain di Jalan Solo, aku pun memutuskan membeli kain kotak2 berwarna ungu, yang merupakan warna favoritnya. Kain itu cukup mahal, tapi......karna kesalahan si Mbak-mbak  di sana, dia jadi salah bikin nota, hehehe alhasil harganya turun dehh. Lumayan curang2 dikit gapapalah yauwww.

Aku pun kemudian sibuk mencari model baju yang kira2 cocok buat dia. Akhirnya aku mmadukan model yang ada di tivi, di majalah, di toko baju dan model bajuku sendiri. Tapi kemudian...siapa yang bakal njahit kainnya jadi baju??? Gotcha...maybe ibunya sendiri, kan pinter jahit juga. Aku pun diam2 ke rumah Ignaz waktu dia ga ada di rumah, ngobrol2 sama ibunya dan bilang kalo aku pengen ngasih surprise buat ultah anaknya (ehhhh kayaknya si ibu lupa ultah anaknya sendiri hihihi). Si ibu yang super sabar ini menyarankan aku untuk menjahitkan bajunya di tailor langganannya. Lho???? Lha itu yang aku heran....penjahit kok njahitin di tempat lain. Tapi gapapa..yang penting nanti hasilnya bagus.

Konspirasi pun terjadi. Aku sering ke rumah Ignaz, untuk ngomongin ukuran, ngasih gambar pola, nanya ini nanya itu, tentu saja si Ignas jangan sampe tau,hwehehehhee.Tanggal 20 November merupakan tanggal ambil baju, tanggal itu pula aku beberapa kali balik ke penjahit. Habissss kancingnya ada yang gak pas. Trus...kayanya itu baju gede amattt. Eee ternyata yang dipake Ibunya Ignaz buat contoh adalah baju bapaknya yang berukuran XL, padahal ukuran baju Ignaz kan M (M artinya Menggoda ihiyyy). Akhirnya 21 sore, baju kuambil lagi, sudah diperbaiki hampir mendekati keinginanku. Sebenernya aku pengen baju itu passs di badan Ignaz gitu, tapi kok malah gombrong seperti baju2nya yang lain. Yaaa sudahlah nanti kalo mau dikecilin lagi masih bisa, itu pun kalo Ignaz mau.

Supaya baju itu ganteng, maka aku juga harus mengemasnya dengan ganteng pula, karna aku kan mau ngasih kado buat orang terganteng, hehhe. Aku mencari bungkusan oke di Kado Kita, aku mencari di bawah lemari, di belakang pintu, di dinding kaca....dan akhirnya aku memutuskan untuk memilih bungkus kado yang terletak di ....balik punggungku???? Bentuknya biasa aja sih...kotak, bahannya biasa aja.....rotan, tapi...warnanya UNGU brooo! Pas banget sama warna kemejanya. Simple lagi modelnya. Ignaz kan ga suka aneh2. Yesss!! That's my choice. Eittts..ada yang kurang sepertinya..kartu ucapan. Mataku lirik-lirik lagi (ga ada yang ganteng di situ, Ignazzz, tapiiii tukang parkirnya lumayan sih, hihi). Di deretan rak paling blakang, kulihat beberapa model kartu, lucu2, ada yg bentuknya gulungan, ada yg dari kertas daur ulang, ada yang menonjol (wooow apa itu???) dan yang paling menggoda, bentuknya botol mini, disumpel spon, ada gabus kecil2 dan gulungan kertas dililit pita ungu. UNGU???? Woww langsung kutarik paksa botol itu. Tapi yang ga nguatin, ada plester bergambar Doraemon di luarnya. Yaampyun ga elit banget kalo dikasih ke Ignaz. Aku mencoba mengais-ngais, mengorek-ngorek, menyogok2 sisi rak itu. Mbok menawa (a.k.a sapa tau) ada gambar yg lebih oke. Ternyata mentoknya ke gambar Hello kitty, Mickey Mouse n Minnie. Timbang2 akhirnya aku milih yang gambar Mickey and Minni. Bukan berarti kamu tikus sih..tapi emang kamu kan TI-KUS alias TInggi KUruS,hehhe.

haaahh 4 hari lagi. kartu ucapan ready, baju ready, bungkus ready. Ucapannya belum. Okey...dengan semangat narsis yang sangat mendarah daging sejak orok...aku pun mencari2 puisi2 dan tulisanku yang sudah kukumpulkan sejak SMP dulu, di laci kamarku. Ketemu dehhhh, kata2nya ga bagus2 amat...tapi paling gak bia mewakili perasaanku. Siip semuanya ready!

Sampailah saatnya menyerahkan kado ganteng itu. Hari itu baju yang kukenakan juga berwarna ungu, aku mengetuk pintu rumahnya yang sudah sedikit terbuka. Kok gelap yahh, dalam hatiku. Lalu aku memanggil namanya "Ignaz"...ehhhh ternyata dia sudah siap dan duduk di kursi yang biasanya. Aku pun mendekatinya memberikan ucapan selamat lagi (karena malamnya jam 12 teng aku juga sms dia) sambil mencium keningnya yang tiada berponi lagi.Saat itu aku bilang mau mengembalikan baju bapaknya. Dia agak bingung kenapa baju itu ada di tanganku. Aku juga bilang bahwa bajuku ada di ibunya. Lalu aku meminta Ignaz tanya pada ibunya yang baru saja bangun tidur, eh malah si ibu kayaknya juga bingung.

Ya sudahlahhh daripada bingung semua, aku kasih aja baju bapaknya ke Ignaz. Ignaz menggiring baju itu ke ibunya, Ibu berlari menuju ke kamar untuk mengamankannya. Ibu kembali berlari ke tempat kami berdiri, sambil membawa bajuku. Dia ingin mengoper baju itu kepadaku...namun kutolak dan akhirnyaaaaa GOALLLLL!!!!!kado yang sudah kubawa... kuserahkan  dengan selamat ke tangan Ignaz. Aku bilang pada Ibu agar bajuku disimpan dulu karena aku kannn mau ke gereja, masa bawa2 baju.

Ignaz kuminta membuka botol ucapan dan kado tadi di kamarnya.Dia terlihat senang (setidaknya menurutku). Aku bilang bahwa kado itu dari aku dan ibunya. Kuminta dia memakai si ungu kotak2 (ehhh ganteng kali pacarku...). Lalu...biar sok romantis, dia kuminta langsung memakai si ungu ke gereja. Keren kannn jadi sama2 ungu.

Pukul 5.10 kami brangkat, jalan kaki biar ngirit plus bikin sehat. Kami menyusuri gang dan pasar. Sampai di gereja kami duduk di bagian tengah. Aku berdoa: "Tuhan berikanlah yang terbaik untuk Fredy. " Dan semua umat mengatakan AMIN. Betapa terharunya akyu (Lebai style).

Sepanjang jalan pulang dari gereja, kami ngobrol, dari yang manis2 sampai yang bengis2. Dari yang ktawa2 sampai yang marmos2 (marai emosi). Tak lupa aku juga menceritakan mimpiku semalam tadi tanpa tau artinya. Kami juga ngobrol2 pengen pergi ke mana gitu, piknik ayeeee. Awalnya aku pengen ke Candi, tapi dia nolak, katanya ada mitos kalo ke candi itu bisa putus sama pacarnya. Ahhh dasar Ignaz, hari gini masih percaya begituan. Pasti dia takut kehilangan aku (tentu saja karena aku lebih cantik daripada Susan. Seingatku Susan adalah monyet yang suka diajak foto di Kebun Binatang)

Pukul 9.10 Ignaz datang untuk menjemputku di rumah. Walaupun kami masih bingung mau ke mana, tapi kami tetap memutuskan pergi juga. Naik motor hitamnya yang kucinta (and you know,...plat nomernya AB 4177 GF, passs banget. GF=Gita Fredy). Ke mana yahhhh??? Ke atas yukkk....ajaknya. Dan aku mengangguk manja, tapiii ke atas mana yaaa, kan tujuannya banyak ada Kaliurang, Kalikuning,dll.

Jam 10 lewat kami pun berangkat, kami akhirnya mengunjungi Tlogo Putri, di sana juga ada gardu pandang Merapi. Tiketnya 2000 perak per orang. murah meriah euyy. Untuk sampai ke gardu pandang...kami harus naik tangga yang jumlahnya ga keitung, banyak bebatuan pula. Di kanan kiri banyak pepohonan, karna itu hutan (kaya kuil Oogway yang ada di KungFu Panda itu lah kira2 tangganya).

Tragedi pertama:sandal jepit Ignaz putus. Ketika kami sampai di gardu pandang, Ignaz (dengan gaya McGyver kurang makan) mereparasi sandal dengan memakai sedotan. How come???? Saat itu aku yang sedang menikmati pemandangan sambil minum akua (AKUA=AKU Aus), merasakan sesuatu menggelitik bagian belakang tubuhku, tepatnya di pinggang. Kusentuh bagian itu, ternyata ada kotoran nempel, entah apa itu. Lama kelamaan, kok rasanya tambah geli dan guatell. Aku melirik tangan Ignaz...ternyata tangannya ada di...sandal jepitnya. Ohhh my Gosh...lalu tangan siapakah yang menggerayangi pinggangku???? Aku memberanikan diri menyentuh bagian itu lagi, kuraba2, sambil kugaruk-garuk (jijay bajay vijay sanjay)...ternyataaaa ada ULAT BULU mampir mencabuli aku. Ohhh aku ternoda. Dasar ulat bulu nista and nasty! Kubunuh kau sekarang juga!  Dan aku pun menghunus ppedang jariku, kuremukkan badannya, hingga berkeping2, lalu kulempar ke tanah, matilah ia).

Lalu dengan gaya anak kecil yang manja, aku berkata pada Ignaz,"Ignaz....ada ulat bulu, udah takbunuh." Ignaz tanya,"Di mana?" "Itu di tanah...tadi dia ada di pinggangku bagian blakang (sambil aku garuk2). Gatal2 mulai kurasakan lebih ganas. Aku kena azab ulat bulu sial, kugaruk sana-sini, gatalnya makin menjadi, aku semakin panik. Ignaz menyarankan aku untuk mengolesi bagian gatal dengan air ludahku sendiri supaya gatalnya ilang (teori dari mana entahlah). Aku juga menggunakan akua untuk mengelap si gatal, supaya bulu2 ulat ilang, tiada yang tersisa. Tapi semua percuma....gatal2 itu lama2 menghasilkan bentol2 merah. Kugaruk2 lagi tiada henti. Ignaz menyuruhku berhenti menggaruk...tapi mana mungkin...membaca saja aku sulit.:(

Di tengah kebencianku yang memuncak, ada monyet laki sama monyet bini, mereka dengan sangat sopan melakukan adegan "kawin" di hadapanku, tanpa desahan ataupun umpatan. Si betina sepertinya kurang puas ama si jantan, buktinya si betina terus lari, ga bertahan lama dehhh tu adegan kawin. Atau...."Elu mau ngajarin gua begituan, Nyet???" MOnyet lu!"

Habis kegatelan, aku juga ga berlama2 di gardu pandang itu, aku kemudian turun (tak lupa menggaruk tentunya), dan mukaku makin ditekuk. Tanpa alasan yang jelas, aku misuh2 dan marah ke Ignaz. Sampai di bawah, aku langsung menuju kamar mandi untuk memeriksa bekas perilaku cabul si ulat bulu sial. Ternyata semakin merah bentol2nya. oH gOD help meee. This Fuc**ng Sh** caterpillar makes me frustrated, the bloody hell caterpillar, youa are such a s***, Pill! (panggilan sayang untuk ulat bulu). Aku pun mengajak kekasih tercintaku pulang. Biar lebih dramatis, aku berjalan dengan langkah cepat-cepat mendahuluinya ke tempat parkir, semata2 hanya untuk membuat rasa gatalku sedikit kabur (tapi enggak juga tuh..).Ngeeenggg motor mulai jalan.

Baru beberapa menit di tengah celoteh kami berdua (sambil sesekali menggaruk), aku mendengar Ignaz berkata "Aduh..." ketika hampir lewat tikungan. Dia gak ngebut waktu itu, tapi aku sadar ada sesuatu yang gak beres. Dia berusaha ngerem, tapi di depan ada batu2 dan jalannya agak berpasir, jadi licin, posisi motor terlalu minggir di tikungan. Dan semuanya terlambat...

Kami berdua jatuh. Adegan selanjutnya Ignaz mengejar helm dan aku meraba kacamataku (kebiasaan kami memang begitu kalo jatuh dari motor). Aku yang sudah berhasil duduk di jalan, menatap pasrah menanti orang yang sudi memindahkan motor itu dari dengkulku. Lalu kulihat Ignaz, dia berjalan ke arahku setengha pincang. Ada orang ingin menolong kami. Ketika motor terangkat dari kakiku, kulihat ada darah. WHAT???? Oh tidak kathok jins-ku yang paling keren sobek, begitu pun kulit dengkulku. Lalu kulihat punggung kakiku, ternyata luka juga. Yang paling parah tapi indah adalah telapak tanganku. Banyak sekali darah, kulitku sobek, Ignaz juga terluka di bagian siku, punggung kaki, dengkul dan pinggang.

Namun sekalipun kami jatuh, kami berhasil bangun kembali. Kami tetap tabah dan tegar menghadapi cobaan ini. Sedikit menentramkan, rasa gatal di pinggang blakang seolah hilang. Si bapak penolong, menganjurkan kami ke puskesmas, tapi sialnya....TUTUP. Ehhh tapi ada suster di dalem situ sendirian (untung gak ngesot). Kami dengan cantik dan ganteng sesuai kenampakan kami, memohon pada suster (atau bidan, whatever lah) agar mengobati luka2 kami. Dia pun berbaik hati membersihkan luka dan memberi betadine. Setelah selesai, kami mengucapkan terima kasih, dan bermaksud pamit pulang. Dengan gaya mesra, aku bertanya pada kekasihku:
Aku: "Kamu yakin gapapa sayang?" " Kamu bisa naik motor sampai bawah? "
Ignaz:"Jangan kawatir, untukmu aku akan selalu bisa honey, sampai rumah akan kurawat luka2mu."Aku bener2 ngrasa bersalah. aku emang ga hati-hati. Aklu emang ga pantas hidup (sambil menjeduk2kan kepala ke tanah)

Di jalan pulang, kami mencoba mengembalikan kesadaran, sebenarnya apa yang telah terjadi. Berbagai dugaan pun muncul. Dari yang azab ulat bulu, azab liat monyet kawin, doa di greja kurang kushuk, sampai kesadaran yang paling tinggi derajatnya yaitu:arti mimpiku semalam.

Mimpi itu kini bisa berkata. Awalnya kami menganggap mimpi itu merupakan kebalikan dari kenyataan. Karena di dalam mimpi kami selamat, namun kenyataan kami celaka. Namun...dari analisis yang lebih mendalam dari orang2 cerdas seperti kami ini, mimpi itu benar. Kami celaka, tapi kami selamat. Mimpi itu pertanda, ternyata aku punya indera keenam (lebay mode on).Alam berusaha memperingatkan aku, namun aku belum bisa membaca pertanda dengan jelas.

Banyak hal bisa aku dapat dan aku pelajari dari kejadian hari itu. Banyak pula yang bisa aku syukuri. Dan aku amat bersyukur bisa melalui semua itu bersama orang yang sangat kusayangi. Aku belajar untuk berhati-hati di lain waktu, karena kini aku tidak sendiri, ada dia yang mengisi hari-hariku, aku tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri, begitu pun dia. Hal ini terbukti dari, waktu kami jatuh, yang pertama diingat adalah helm dan kacamata, bukan keselamatan pasangan. Inilah cermin untuk kami. Kami sudah hampir 7 bulan dalam berkomitmen, tapi momen inilah yang benar2 bisa membawa kami pada kesadaran akan komitmen tersebut. Ini adalah pertama kalinya aku jatuh bersama kekasihku, begitu pun dia.

Luka yang dihasilkan pasti akan berbekas di tubuh kami masing2 (sekarang pun bekas itu masih tertinggal), tapi kami tidak saling menyalahkan, malah semakin mesra satu sama lain. Kami membuat cerita luka ini menjadi cerita yang lucu yang penuh tawa namun sarat makna. Dan sampailah aku pada kesadaran : INILAH ARTI CINTA SESUNGGUHNYA.

Kami tetap bersyukur untuk kejadian hari ini. Puisi "Untungnya" khas orang Jawa pun ada di benak kami. Untungnya jatuhnya gak ke kiri karna ada semacam jurang, untungnya di belakang kami gak ada kendaraan lain yang melaju kencang, untungnya yang luka telapak tangan kananku buka yang kiri, jadi masih bisa cebok hihhi, untungnya knalpot motor belum panas, jadi kakiku ga mlonyok, untungnya kami berdua, untungnya muka kami tetep mulus dan untungnya kami selamat.

Hari itu hari yang sempurna. 25 November 2008. Hari ultah Ignaz. Hari jatuhnya kami berdua. Luka itu akan tetap abadi (kecuali dioperasi plastik) di tubuh dan di hati kami. Luka itu mungkin cara Tuhan membuat kami ingat satu sama lain. Suatu saat, ketika kami masih bersama atau mungkin juga sendiri2, kami tetap menyimpan kenangan itu.

Kami tertawa, kami terluka, namun kami bisa melewati semuanya. \

Untuk itulah aku menuliskan semuanya ini, Ignaz Fredy, supaya aku bisa menyanjungmu...dan semua orang akan tau bahwa AKU MENYAYANGIMU.:D



27 November 2008, 23.05 WIB
"mela en coiamin,amin mela ile"


NB(NamBah): tentang ulat bulu di atas merupakan penyebab mengapa banyak ulat bulu akhir2 ini merajalela di beberapa daerah di negara kita. Karena kematian Ulat bulu yang berhasil kubunuh di Tlogo Putri itu, menyebabkan adanya dendam kesumat pada ulat bulu yang lain, mereka tidak terima jika kawan mereka disiksa sampai mati diremukkan, maka mereka pun bekerja sama bahu membahu, saling berkomunikasi dengan rekan ulat bulu yang lain, untuk menyerang manusia, dengan koordinasi langsung dari Ulat Bulu Probolinggo. Semua itu semata2 hanya karena dendam padaku. (Ga usah percaya semua ini-just for laugh)

Banyak Alasan untuk BANGGA pada Diri Sendiri

Ada seorang tukang becak, BANGGA ketika bercerita tentang anaknya yang sering ranking 1, tapi tidak bisa kuliah, dan sekarang anaknya sudah bekerja di suatu tempat dengan gaji 1.500.000.

Ada seorang pemilik usaha, BANGGA ketika dia tak pernah alpa membubuhkan gelar akademis yang disandangnya di sebelah namanya setiap dia harus menandatangani berkas.

Ada seorang penjaga loket pembayaran, BANGGA ketika dia menggunakan kemampuan bahasa Inggrisnya yang tak terlalu lancar, dengan menuliskan "Please take a number" dan menaruhnya di depan nomor antrian.

Ada seorang anak kecil, BANGGA ketika dia bisa menyanyikan "Satu-satu aku sayang Ibu" dengan pengucapan yang masih  cadel.

Ada seorang kakek tua, BANGGA menceritakan kisah hidupnya ketika masih muda dan gigih berjuang, ikut serta dalam perang kemerdekaan.

Ada seorang pengangguran, BANGGA ketika menceritakan impian-impiannya untuk membuka usaha baru

Ada banyak alasan untuk menjadi BANGGA, pada apa yang telah kita lakukan, atau apa yang akan kita lakukan, di sana terkandung keyakinan, kepuasan dan semangat untuk maju, tak jauh pula dari sebuah ungkapan syukur, seperti  tukang becak yang BANGGA pada anaknya, pemilik usaha yang selalu menuliskan gelarmya, penjaga loket yang mempraktikkan kemampuan bahasa Inggrisnya, anak kecil yang masih cadel menyanyi, kakek tua yang sudah "berumur" mengenang masa lalunya dan si pengangguran yang tetap BANGGA pada dirinya karena masih punya impian untuk maju berusaha.

Orang-orang itu nyata, mereka ada di dekatku, di sekitarku, dan masih banyak orang lagi yang memiliki kebanggaannya sendiri, dan ketika mereka bercerita, kau dapat melihat sinar matanya, dan itu bisa membuatmu menangis mungkin, karena orang2 itu membuat kita berkaca, melihat diri kita ke dalam, apakah yang membuat kita bangga menjadi KITA, menjadi AKU.

Mungkin kita lemah, mungkin kita tidak cantik, mungkin tidak kaya, mungkin bahkan (maaf) cacat. tapi itu TIDAK APA-APA, pasti ada sesuatu yang masih bisa dibanggakan dan masih ada orang yang BANGGA pada diri kita dengan seluruh keterbatasan yang ada, selama kita melakukan hal-hal yang baik.

KEBANGGAAN atas diri sendiri bukanlah untuk menyombongkan diri, melainkan untuk membesarkan hati, menguatkan diri, mensyukuri nikmatNya, inilah sebentuk "terima kasih" lain kepada Yang Kuasa.

Akhir kata, KITA BOLEH BERBANGGA, SEBAB ADA BANYAK ALASAN UNTUK BANGGA PADA DIRI SENDIRI!